Sabtu, 02 Maret 2013

Berprestasi Dengan Motivasi





Salah satu kunci agar kita bisa sukses hidup di dunia adalah motivasi. Makin besar motivasi kita untuk memperbaiki diri dan maju, kemungkinan sukses pun akan kian besar.

Motivasi seseorang sangat ditentukan oleh tingkat

 harapannya terhadap sesuatu. Karena itu, ada 

tiga 

hal yang berkaitan erat denga prestasi, yaitu :

1. prestasi itu sendiri,

2. motivasi, dan

3. harapan.

Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan 

motivasi akan tumbuh jika ada harapan.

Banyak manusia lebih sering mengeluarkan alasan 

ketimbang berbuat. Lebih mengkhawatirkan, semua 

itu terlahir hanya untuk menutupi kemalasan dan 

kegagalannya.

Ketika ditanya, misalnya, "Mengapa Anda tidak 

kuliah?"

Jawaban yang sering muncul adalah tidak punya 

uang, atau karena orang tua tidak sanggup 

membiayai, minder, dan sebagainya. Padahal, jika 

seseorang mau berbuat, semua itu bisa disiasati. 

Bisa dengan cara berwirausaha, atau mendapatkan 

beasiswa.

Begitu pula ketika ditanya, "Mengapa tidak 

mencoba berbisnis?"

Jawaban yang sering terlontar terlihat fatalis: 

takut gagal, tidak punya modal, banyak saingan, 

dan sebagainya. Karena itu, jangan heran jika kita 

tidak pernah maju. Bagaimana mau maju, motivasi 

untuk maju saja tidak ada?

Sebaik-baik sumber motivasi adalah ridha Allah 

SWT. Prestasi tertinggi seseorang dalam hal ini 

adalah mendapatkan surga. Sebaliknya, sumber 

motivasi terendah adalah dunia. Bila motivasi 

seseorang hanya tertuju pada dunia, yakinlah 

bahwa hanya kekecewaan yang akan ia dapatkan.

 

Seseorang yang berbisnis karena mencari dunia 

semata, akan kecewa bila bisnisnya merugi. Tapi 

bagi orang yang berbisnis karena Allah, setiap 

kegagalan bermakna pengalaman berharga untuk 

tidak jatuh dalam kegagalan serupa.

 

Ia juga akan menyadari bahwa semua terjadi 

karena 

izin Allah. Ia sadar bahwa keinginannya belum 

tentu sesuai menurut Allah. Tugasnya hanya 

meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar, 

perkara hasil ada di tangan Allah sepenuhnya. 

Inilah hakikat motivasi menuju prestasi yang 

hakiki. (Ems/MQ).*

 

Enam Ciri Kebodohan

Kebodohan sangatlah penting untuk dihindari, sehingga kita harus mengerti dan mengetahui tindakan - tindakan yang bodoh.

Syekh Sihabuddin al-Qalyubi, dalam kitab Al-Nawadir, mengemukakan enam ciri kebodohan. Yaitu :

1.       marah tanpa alasan yang tepat,

2.      berbicara tanpa manfaat,

3.     memberi tidak pada tempatnya,

4.      membukakan rahasia kepada sembarang orang,

5.      terlalu percaya kepada setiap orang dan

6.     tidak mengenal siapa kawan siapa lawan.

 

 

Hak Anak-anak

Banyak orang tua yang menyepelekan dan meremehkan hak anak-anak mereka.

Orang tua kehilangan jejak pengawasan, melupakan anak-anak mereka, bahkan seolah-olah tidak memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak tersebut.

Apabila anak-anak mereka pergi, mereka tidak pernah menanyakan ke mana dan kapan mereka pulang. Siapa teman-teman akrab mereka, orang tua juga tidak memperhatikannya. Mereka tidak pernah mengarahkan anak-anak mereka kepada hal-hal yang baik, dan tidak berusaha melarang mereka melakukan perbuatan buruk (jahat).

Yang aneh sekali, mereka justru sangat teliti dalam hal menyimpan uang dan mengembangkannya. Bahkan terkadang kurang tidur karena memikirkan bagaimana cara mengumpulkan harta. Padahal, harta tersebut kadang-kadang mereka kembangkan untuk kepentingan orang lain, bukan demi kepentingan anak-anak mereka.

Pada hakikatnya, memelihara kepentingan anak-anak mereka merupakan langkah yang lebih bermanfaat untuk kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Sebagaimana seorang ayah harus memberi anak-anaknya sandang dan pangan, begitu pula wajib memberi sandang dan pangan bagi jiwa mereka dengan iman dan takwa, serta wajib memberi makan bagi akal pikiran mereka dengan ilmu dan pengetahuan. Itulah yang paling baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar